Tampilkan postingan dengan label Tahu Campur. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tahu Campur. Tampilkan semua postingan

Kamis, 27 Juni 2013

tahu Gimbal Pak Man

Ada begitu banyak kuliner khas Semarang yang patut untuk dicoba, baik makannan, minuman maupun jajanannya. Salah satu kuliner Semarang yang sudah menjadi makanan khas dan sayang jika dilewatkan adalah Tahu gimbal. Salah satu penjual tahu gimbal khas Semarang yang cukup memiliki nama adalah tahu gimbal Pak Man. Untuk menemukan tahu gimbal Pak Man ini tidak terlalu sulit, berada di Jl. Plampitan No. 54, Semarang Tengah.

Sama seperti tahu gimbal pada umumnya, tahu gimbal Pak Man terbuat dari campuran tahu goreng, lontong atau nasi, kol dan gimbal alias bakwan udang yang disiram bumbu kacang. Tapi jangan salah, tahu gimbal Pak Man ada bedanya dengan yang lainnya. Tahu gimbal buatan Pak Man tidak dicampur dengan sayur mayur, tetapi memakai udang yang berukuran lumayan besar. Dijamin mantab dan krenyes-krenyes saat digigit. Pak Man sendiri menjamin bahwa rasa tahu gimbalnya tidak berubah, karena dia tetap mempertahankan rasa dan kualitas bahan baku yang digunakan.

Nasi Tahu dan Sate Serepeh Pak No

Jalur Pantura merupakan akses darat yang sering digunakan oleh para pengendara dari Ibu Kota Jakarta untuk sampai ke Surabaya atau sebaliknya. Karena menjadi salah satu jalur utama, sehingga banyak bermunculan warung, depot maupun rumah makan di sepanjang jalur tersebut. Kalau sedang melintasi kota-kota besar mungkin cukup mudah untuk mencari tempat makan yang enak tapi murah. Namun bagaimana kalau kita sedang berada di daerah Rembang? Mungkin kita
akan sedikit mengalami kesulitan. Rembang merupakan sebuah kabupaten sekaligus nama kota yang ada di Jawa Tengah. Kota Rembang sendiri bisa dibilang sebagai salah satu kota low profile yang ada di Indonesia. Hal itu bisa terlihat ketika kita mengarahkan kendaraan keselatan dari jalur pantura. Kita akan melihat jalan sempit yang terlihat cukup lebar karena tidak banyak kendaraan yang melintas. Suasana malam itu begitu sepi dan sunyi, cahaya lampu jalan yang minim dengan bangunan-bangunan tua yang menjulang tinggi menambah keheningan.

Dibalik kesunyian Kota Rembang, ternyata ada sebuah warung kecil sederhana dengan beberapa motor yang terparkir di depannya. Cahaya lampunya cukup terang dan terlihat beberapa orang di dalam warung tersebut. Karena rasa penasaran, kendaraan langsung di arahkan menuju warung tersebut. Ternyata warung itu adalah Warung Pak No yang menyediakan menu nasi tahu dan sate serepeh. Ini pertama kalinya Saya mendengar nama sate serepeh atau yang terkadang ditulis dengan kata srepeh, sate ini merupakan makanan khas dari Kota Rembang.

Dari pada penasaran dan bertanya-tanya, kami langsung memesan sate serepeh dan nasi tahu. Mungkin malam itu kami kurang beruntung, ternyata satenya hanya tinggal sedikit dan itu pun hanya tinggal jerohan dan dideh atau saren. Dideh atau saren merupakan hasil pembekuan dari darah ayam, sapi atau kambing. Tapi beruntung untuk nasi tahu masih tersedia, sehingga kami bias mencicipinya.Pada dasarnya sate serepeh terbuat dari daging ayam yang disajikan dengan bumbu khas yang berwarna kemerahan, sedikit encer/ cair dan teksturnya cukup halus.

Berdasarkan informasi yang sempat saya terima, bumbu yang disajikan bersama sate serepeh ini terbuat dari santan rebus, cabai merah halus dan bumbu ulekan. Rasanya cukup unik, ada pedas, sedikit manis dan gurihnya santan juga terasa. Biasanya sate disajikan bersama lontong atau nasi putih sesuai permintaan pembeli, tapi nikmat juga sebagai teman menyantap nasi tahu. Sedangkan nasi tahu sendiri terdiri dari nasi putih dengan potongan tahu goreng, kuahnya yang terbuat dari bumbu kacang yang diuleg dan kucuran sambal kecap serta taburan bawang goreng di atasnya. Dalam penyajian menggunakan daun jati muda sebagai alasnya, sehingga aromanya lebih nikmat ketika menyantapnya. Untuk sate serepeh dijual seribu rupiah untuk setiap tusuk, sedangkan 5 ribu rupiah untuk nasi tahunya.

Akses untuk menuju Warung Pak No cukup mudah, dari Jl. Jenderal Sudirman setelah melewati jembatan (dari arah barat/ jakarta) arah kendaraan kekeselatan pada belokan kedua. Lurus terus sampai bertemu dengan sebuah percabangan yang menyimpang, arahkan kendaraan keselatan, dari jalan tersebut sudah terlihat sebuah warung kecil yang berada di pojok. Biasanya warung ini mulai buka sekitar jam 7 pagi sampai jam 11 siang, dan akan buka kembali pada jam 5 sore sampai jam 7 malam setiap hari. Pantas saja ketika Saya bersama tim wisatakuliner.com sampai di warung satenya tinggal sedikit, karena malam itu sudah jam 7 kurang 15 menit. Tapi kami masih beruntung bisa mencicipinya meskipun hanya sedikit, karena sate serepeh ini hanya bisa kita jumpai di Kota Rembang.

Tahu Campur Kalasan

Berbicara mengenai kuliner tahu campur, kota Surabaya jawaranya. Banyak penjual tahu campur yang bisa Anda temukan di kota ini, tapi yang menjadi favorite dan langganan saya tetap Tahu Campur Kalasan H. Abdul Mahfud. Berada di jalan Kalasan no 22 menyebabkan tahu campur ini terkenal dengan nama Tahu Campur Kalasan, karena memudahkan orang mengingat lokasinya.

Tahu campur Kalasan ini menempati halaman depan dari sebuah rumah yang disulap menjadi sebuah warung makan sederhana. Warung ini setia melayani para pelanggannya sejak pukul setengah 11 pagi hingga jam 11 malam. Saat saya singgah ke warung ini, tampak banyak orang yang sedang asyik menikmati menu andalan disini, ya, tahu campur. Memang warung tahu campur Kalasan sudah cukup terkenal dan memiliki banyak pelanggan, sehingga saat-saat jam makan warung ini selalu dipenuhi pengunjung.

Makanan tahu campur ini jaman dulunya adalah makanan camilan tapi entah kenapa lama kelamaan menjadi makanan pokok dan pengganti makan berat seperti nasi. Seporsi tahu campur pesanan saya tersaji, dari namanya sudah bisa ditebak apa saja isinya. Potongan tahu bersanding dengan mi, taoge, otot sapi, sayur selada dan disiram dengan kuah kaldu yang berduet dengan petis serta didampingi oleh kerupuk yang membuatnya semakin lengkap.

Rasa keseluruhan tahu campur ini cukup segar dan enak. Sayur seladanyanya juga segar, otot sapi yang disajikan disini dimasak cukup lama sehingga sangat empuk dan tidak alot sama sekali, tapi tetap berasa gurih. Kuah kaldu dan petisnya juga cukup gurih dan segar, bisa membuat lidah bergoyang. Dicampur dengan tahu goreng yang telah dipotong-potong dan mi dalam setiap suapan membuat rasanya semakin lengkap. Rahasia dari tahu campur yang enak terdapat pada bumbu petisnya, jika petis yang digunakan berkualitas baik dan enak maka tahu campur yang dihasilkan bisa membuat orang ketagihan.

Tahu Campur Pak Min Kalitaman

Salatiga merupakan salah satu kota kecil yang berada di wilayah Jawa Tengah dengan suhu udaranya yang cukup dingin. Beberapa jalan yang ada di kota ini merupakan kumpulan jalan yang berbasis searah, kalaupun sedang berkeliling di dalam kota Salatiga, bisa dijamin tidak akan tersesat. Siapa yang menyangka, kota Salatiga yang dingin ini menyimpan beragam kuliner. Siang itu, Saya bersama tim wisatakuliner.com singgah ke lapak Tahu Campur Pak Min Kalitaman. Lokasinya tepat berada di samping Pemandian Kalitaman, Salatiga. Tapi sayangnya, Saya tidak bisa bertemu langsung dengan Pak Min sebagai pemiliknya. Karena pada hari itu, kebetulan merupakan jadwal untuk Pak Min tidak bekerja alias libur. Saya sendiri belum pernah bertemu dengan Pak Min, karena ini merupakan kali pertama saya menikmati tahu campur di lapak Pak Min.

Sedikit kecewa sich karena tidak bisa bertemu dengan Pak Min secara langsung, tapi bukan berarti Saya tidak jadi untuk mencoba tahu campurnya. Beruntung siang itu belum terlalu ramai, jadi tempatnya masih cukup longgar dan bisa memilih tempat duduk sesuka hati. Karena Pak Min tidak ada, jadi Saya tetap menyempatkan waktu untuk ngobrol dengan Pak Ngadi yang waktu itu sedang menggantikan Pak Min dalam meracik tahu campur. Mungkin Pak Ngadi memang sudah terbiasa meracik tahu campur bila Pak Min sedang absen. Dengan cekatan Pak Ngadi langsung mulai meracik tahu campur pesanan Saya, mulai dari menata potongan kekian, potongan lontong, taoge rebus, remahan kerupuk karak dan tahu goreng. Kemudian disiram dengan bumbu kacang yang sudah diulek, dan yang terakhir ditaburi dengan bawang goreng. Sepintas tahu campur disini memang mirip dengan kupat tahu khas Magelang namun isinya lebih variatif dan sedikit berbeda.

Dalam waktu singkat, tahu campur pesanan Saya sudah siap untuk disantap. Untuk suapan pertama, rasanya lumayan dan tidak terlalu pedas. Tapi setelah suapan berikutnya berlangsung, rasa lumayan dan tidak terlalu pedas yang baru saja Saya katakan ternyata berubah menjadi rasa nikmat. Perpaduan bumbu dan bahan-bahan tahu campur menciptakan rasa yang bervariasi, ada segar, pedas, gurih, bumbunya tidak pelit dan taogenya masih terasa krès-krès meski sudah direbus. Apalagi setelah Saya mengambil kerupuk yang sudah tersedia di atas meja untuk melengkapi sajian yang satu ini, perpaduan rasanya semakin komplit. Tapi jangan salah mengambil kerupuk, karena disini ada 2 kerupuk yang bentuk dan ukurannya sama, tapi warnanya berbeda. Kalau saran Saya sich, ambil kerupuk yang berwarna agak kuning kecokelatan karena rasa gurihnya cukup kuat. Dan satu lagi yang tidak boleh ketinggalan, kalau makan tahu campur harus bersama kuahnya yang cuma sedikit, tapi kenikmatan yang dibawanya lebih dari cukup. Meski Saya memesan tahu campur yang sedang, tapi rasa pedasnya cukup membuat Saya jadi berkeringat. Selain kerupuk, kita di meja juga ada beberapa jenis gorengan (tahu, tempe) sebagai pelengkap saat menyantap tahu campur.

Setelah selesai menyantap tahu campur, Saya pun melanjutkan perbincangan dengan Pak Ngadi. Dari informasi yang Beliau berikan, ternyata Tahu Campur Pak Min Kalitaman ini sudah dirintis sudah ±35 tahun silam, kira-kira pada tahun 1977-an. Kalau soal rasa memang perlu diacungi jempol, tapi yang membuat Saya cukup terkejut waktu itu pada saat penebusan makanan yang sudah Saya santap. Untuk seporsi tahu campur yang lezat ini, Saya hanya perlu mengeluarkan kocek sebesar 4ribu rupiah saja. Waktu itu yang Saya fikirkan hanya satu, di zaman yang serba modern seperti sekarang ini, ternyata dengan kocek 4ribu kita masih bisa merasakan makanan yang enak. Kalau ingin menikmati kelezatan Tahu Campur Pak Min ini, kita bisa singgah ke lapaknya dari jam 6 pagi sampai jam 2 siang. Meski jam 2 baru tutup, tapi sebaiknya jangan datang lebih dari jam 1 siang, karena mungkin Anda akan kehabisan tahu campurnya.

Tahu Campur Pak Sugeng

Surabaya merupakan kota terbesar ke-2 di Indonesia setelah Ibu Kota Jakarta, perkembangannya hingga saat in sangat pesat. Ada cukup banyak perumahan, apartemen, hotel hingga mall-mall besar yang berdiri  di tengah-tengah Kota Surabaya. Dibalik perkembangannya yang sangat pesat dan serba modern, kota Surabaya masih menyimpan segudang kuliner yang bisa kita nikmati. Salah satu kuliner yang bisa kita nikmati di kota ini adalah Tahu Campur Pak Sugeng yang berada di Jalan Diponegoro. Untuk mencari lokasinya cukup mudah, setelah memasuki jalan Diponegoro dari arah Utara kita akan bertemu dengan Musholla Ukhuwah yang ada di Jl. Diponegoro 222, lapaknya tepat berada di depan mushola tersebut. Area parkirnya sangat terbatas dan hanya berada disisi jalan, ramainya pengunjung tahu campur ini terkadang memakan ruas jalan. Intensitas kendaraan yang cukup di jalan tersebut, terkadang membuat kita kesulitan untuk memarkir kendaraan roda dua maupun roda empat.