Jalur
Pantura merupakan akses darat yang sering digunakan oleh para
pengendara dari Ibu Kota Jakarta untuk sampai ke Surabaya atau
sebaliknya. Karena menjadi salah satu jalur utama, sehingga banyak
bermunculan warung, depot maupun rumah makan di sepanjang jalur
tersebut. Kalau sedang melintasi kota-kota besar mungkin cukup mudah
untuk mencari tempat makan yang enak tapi murah. Namun bagaimana kalau
kita sedang berada di daerah Rembang? Mungkin kita
akan sedikit
mengalami kesulitan. Rembang merupakan sebuah kabupaten sekaligus nama
kota yang ada di Jawa Tengah. Kota Rembang sendiri bisa dibilang sebagai
salah satu kota low profile yang ada di Indonesia. Hal itu
bisa terlihat ketika kita mengarahkan kendaraan keselatan dari jalur
pantura. Kita akan melihat jalan sempit yang terlihat cukup lebar karena
tidak banyak kendaraan yang melintas. Suasana malam itu begitu sepi dan
sunyi, cahaya lampu jalan yang minim dengan bangunan-bangunan tua yang
menjulang tinggi menambah keheningan.
Dibalik
kesunyian Kota Rembang, ternyata ada sebuah warung kecil sederhana
dengan beberapa motor yang terparkir di depannya. Cahaya lampunya cukup
terang dan terlihat beberapa orang di dalam warung tersebut. Karena rasa
penasaran, kendaraan langsung di arahkan menuju warung tersebut.
Ternyata warung itu adalah Warung Pak No yang menyediakan menu nasi tahu
dan sate serepeh. Ini pertama kalinya Saya mendengar nama sate serepeh
atau yang terkadang ditulis dengan kata srepeh, sate ini merupakan
makanan khas dari Kota Rembang.
Dari
pada penasaran dan bertanya-tanya, kami langsung memesan sate serepeh
dan nasi tahu. Mungkin malam itu kami kurang beruntung, ternyata satenya
hanya tinggal sedikit dan itu pun hanya tinggal jerohan dan dideh atau
saren. Dideh atau saren merupakan hasil pembekuan dari darah ayam, sapi
atau kambing. Tapi beruntung untuk nasi tahu masih tersedia, sehingga
kami bias mencicipinya.Pada dasarnya sate serepeh terbuat dari daging
ayam yang disajikan dengan bumbu khas yang berwarna kemerahan, sedikit
encer/ cair dan teksturnya cukup halus.
Berdasarkan
informasi yang sempat saya terima, bumbu yang disajikan bersama sate
serepeh ini terbuat dari santan rebus, cabai merah halus dan bumbu
ulekan. Rasanya cukup unik, ada pedas, sedikit manis dan gurihnya santan
juga terasa. Biasanya sate disajikan bersama lontong atau nasi putih
sesuai permintaan pembeli, tapi nikmat juga sebagai teman menyantap nasi
tahu. Sedangkan nasi tahu sendiri terdiri dari nasi putih dengan
potongan tahu goreng, kuahnya yang terbuat dari bumbu kacang yang diuleg
dan kucuran sambal kecap serta taburan bawang goreng di atasnya. Dalam
penyajian menggunakan daun jati muda sebagai alasnya, sehingga aromanya
lebih nikmat ketika menyantapnya. Untuk sate serepeh dijual seribu
rupiah untuk setiap tusuk, sedangkan 5 ribu rupiah untuk nasi tahunya.
Akses
untuk menuju Warung Pak No cukup mudah, dari Jl. Jenderal Sudirman
setelah melewati jembatan (dari arah barat/ jakarta) arah kendaraan
kekeselatan pada belokan kedua. Lurus terus sampai bertemu dengan sebuah
percabangan yang menyimpang, arahkan kendaraan keselatan, dari jalan
tersebut sudah terlihat sebuah warung kecil yang berada di pojok.
Biasanya warung ini mulai buka sekitar jam 7 pagi sampai jam 11 siang,
dan akan buka kembali pada jam 5 sore sampai jam 7 malam setiap hari.
Pantas saja ketika Saya bersama tim wisatakuliner.com
sampai di warung satenya tinggal sedikit, karena malam itu sudah jam 7
kurang 15 menit. Tapi kami masih beruntung bisa mencicipinya meskipun
hanya sedikit, karena sate serepeh ini hanya bisa kita jumpai di Kota
Rembang.
0 komentar:
Posting Komentar